Rabu, 30 Mei 2012

MUKHABARAH dan MUZARA’AH


1.  MUKHABARAH dan MUZARA’AH

Mukhabarah : Paroan sawah atau ladang, seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedang benihnya dari yang punya sawah.
Muzara’ah : Paroan sawah atau ladang, seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedang benihnya dari pekerja.
Setengah Fuqaha melarang akan paroan sawah seperti ini. Mereka beralasan dengan beberapa hadist. Misalnya dari riwayat Bukhari :

عن ر افع بن خد يج قا ل كنا اكثر الا نصار حقلا فكنا نكري الارض علي ان لنا هد ولهم هذه فربما اخرجت هذه ولم تخرج هذه فنها نا عن ذلك (رواه البخارئ)
  
Artinya :
“Berkata Rafi’ bin Khadid : “Diantara Anshar yang paling banyak mempunyai tanah adalah kami, maka kami mempersewakan sebagian tanah untuk kami dan sebagian untuk mereka yang mengerjakannya, terkadang sebagian tanah itu berhasil baik dan yang lain tidak berhasil, maka Rasulullah melarang paroan dengan cara demikian”. (HR. Bukhari).

Fuqaha yang lain berpendapat membolehkan paroan tersebut. An-Nawawi, Ibnu Mundzir, al-Khatabi mengembil alasan hadist riwayat Umar :

عن ابن عمران النبي صلعم : عا مل اهل خيبر بشر ط ما يخر ج منها من ثمر اوزرع (رواه مسلم)

Artinya :
“Dari Ibnu Uma r.a. : “Sesungguhnya Nabi saw. telah memberikan kebun beliau kepada penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan, baik dari buah-buahan atau hasil pertanian.” (HR. Muslim)

Adapun hadist yang melarang tadi maksudnya apabila telah ditentukan penghasilan dari sebagian tanah, mereka di masa lalu mereka memarokan tanah dengan syarat dia akan mengambil penghasilan dari sebagian tanah yang lebih subur, keadaan inilah yang dilarang Rasulullah saw. sebab hal demikian mengabaikan segi keadilan dan prosentasinya tidak jelas. Juga pendapat ini dikuatkan pula oleh segi kemaslahatan masyarakat maupun perorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar